Marco Polo
saat penjelajah handal itu mendengarnya di China. Sementara penduduk
Copiapo, Chile yang mendengar alunan nada berirama yang berasal dari
bukit berpasir sekitar mereka tinggal menyebutnya sebagai El Bramator
yang resah tengah berhembus dan memperdengarkan aumannya. Dan para
peneliti masa kini menyebutnya sebagai “the singing sand”, atau pasir
bernyanyi.
Dalam usaha mengungkapkan misteri pasir bernyanyi, para peneliti
telah mengacu pada hal yang sama dan sepakat, saat butiran pasir tengah
menuruni satu lereng tertentu mereka menghasilkan efek dengung.
Dengungan itu kemudian diperkuat oleh gema sehingga bisa terdengar dari
jarak hingga bermil-mil jauhnya.
Akan tetapi, bagaimana bukit tersebut mampu menghasilkan suara
berirama seperti musik, tetap menjadi misteri dan masih sering
diperdebatkan. Pendapat yang menyangkal teori efek dengung mengatakan,
mengapa dari bukit berbeda mengeluarkan irama suara berbeda; bagaimana
bisa beberapa bahkan mampu bernyanyi lebih dari satu nada pada satu
waktu.
Menjawab sanggahan itu tiga orang biofisika dari Paris mengemukakan,
tidak selalu gerakan lautan pasir yang menentukan “pitch” nada, ukuran
butiran pasir juga berpengaruh, meski masalah ukuran yang bagaimana,
masih belum diketahui.
Untuk keperluan identifikasi suara, tim peneliti membawa 50 kg pasir
Maroko dan 100 kg pasir Oman ke laboratorium mereka di Universitas Paris
Diderot. “Jika kamu ingin membuatnya bernyanyi kamu harus membawa lebih
banyak” seloroh ketua peneliti, Simon Dagois.
Di laboratorium, tim menciptakan longsoran dalam bentuk miniatur,
menganalisa kecepatan, kedalaman, dan membuat dekorasi cara terjun. Dari
beberapa percobaan memang belum ditemukan secara persis bagaimana cara
menghasilkan irama seperti suara yang dihasilkan bukit berpasir. Namun
trio ilmuwan itu menyimpulkan bahwa selama longsoran butiran pasir
bergerak bersama, saat melewati gundukan terjadi benturan antara tiap
butiran pasir dan menciptakan aliran tabrakan yang konstan. Perbedaan
kecepatan gerak diantara butiran pasir tergantung pada ukurannya.
Dalam penelitian tersebut memang masih belum ada suara berirama yang
terdengar karena terlalu kecil volumenya, tetapi dengan menambahkan
jumlah yang lebih banyak dan menggerakkan secara bersama-sama dalam
kondisi yang tepat mungkin akan menghasilkan mampu menghasilkan
nyanyian. Ditanya mengenai seperti apa kondisi yang tepat, tim peneliti
dari Paris ini masih tetap mencari tahu kondisi pastinya. Yang jelas
suara nyanyian bukit berpasir itu adalah suara jutaan tabrakan butiran
pasir kecil.
Sumber: http://www.misterikita.com/mengungkap-misteri-pasir-bernyanyi/fenomena/keanehan-alam/
Bukit pasir yang mengeluarkan bunyi berirama seperti sebuah nyanyian dikatakan sebagai suara roh setan oleh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar